Selasa, 31 Mei 2011

PENGUSAHA ROKOK (TEMBAKAU), KAYA DARI ORANG MISKIN DAN MAU SAKIT

Pemilik pabrik rokok masuk dalam lima besar orang terkaya di Indonesia. Mereka menjadi kaya karena menjual rokok, yaitu memanfaatkan sifat adiktif nikotin untuk menarik keuntungan meskipun mereka tentu tahu dampak buruk rokok terhadap kesehatan pengisapnya. Ironisnya, sebagian besar perokok terdapat di kalangan rakyat yang berpenghasilan rendah.

Dalam buku Profil Tembakau Indonesia yang diterbitkan oleh Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), tahun 2008, jumlah perokok dari kalangan berpengasilan rendah adalah 35,5 persen, sementara dari kelompok penghasilan tinggi sebesar 32,8 persen. Artinya, sebagian besar penghasilan (kekayaan) pemilik pabrik rokok berasal dari rakyat yang berpenghasilan rendah.

Bagi orang miskin dan berpendidikan rendah, merokok mungkin satu-satunya jalan pelepas lelah atau pengalih tekanan kesulitan yang paling terjangkau. Tanpa disadari bahwa dengan demikian ia telah terjerat kepada kecanduan nikotin yang sulit dilepaskan. Untuk memenuhi kecanduan itu, ia rela mengeluarkan uang yang cukup besar. Merelakan uang belanja untuk keluarga dan uang sekolah untuk anak-anaknya.

Semakin miskin seorang perokok, semakin kecil uang yang disishkan untuk kesehatan, gizi, dan sekolah anak-anaknya. Risiko selanjutnya, kemiskinannya akan dilanjutkan oleh keturunannya. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga miskin itu untuk mengobati penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh rokok.

Penelitian tahun 2005, menemukan angka Rp 127,7 triliun biaya yang dibelanjakan masyarakat untuk mengobati penyakit-penyakit yang berkaitan dengan rokok dalam setahun, sebagian tentu berdampak pada penghasilan pemerintah karena produktivitas rakyat menurun. Sementara penghasilan pemerintah dari cukai tembakau hanya Rp 16,5 triliun. Namun, karena pengeluaran untuk mengobati penyakit akibat rokok itu berlangsung ”diam-diam”, angka sebesar itu tidak mudah tampak di depan mata. Lain halnya dengan pemasukan cukai yang segera tampak rupiahnya.

Siapa Peduli ?

Pemilik pabrik rokok tentu tidak peduli apakah rakyat akan menjadi lebih miskin dan lebih sakit karena ketergantungan kepada rokok, yang penting ia dapat meraih keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan, kemudian, mereka menarik anak-anak dan remaja untuk ikut menjadi perokok. Dengan mengikat remaja pada ketagihan rokok, bukan saja semakin besar jumlah yang akan memberinya keuntungan, melainkan juga semakin panjang jangka waktu kecanduan itu. Dari sejak anak sampai dewasa, yang mungkin berarti selama 40-50 tahun akan terikat kepada rokok. Lalu, siapa yang harus peduli terhadap masalah itu. Pemerintah?

Dalam buku Enam Strategi Penanggulangan Dampak Buruk Tembakau (MPOWER) yang diterbitkan WHO untuk menyambut Hari Tanpa Tembakau 31 Mei 2008, dalam soal melindungi rakyat terhadap dampak tembakau, Indonesia menduduki tempat yang sejajar dengan Guinea Bissau, Malawi, dan Eritrea. Bahkan, dibandingkan dengan Timor Leste, Indonesia masih lebih buruk. China, yang juga memproduksi rokok dan memiliki jumlah perokok yang besar, sudah melakukan regulasi-regulasi yang ditujukan untuk melindungi rakyatnya dari dampak tembakau.

MPOWER adalah singkatan dari monitoring (pemantauan penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahan), protect (melindungi rakyat dari dampak tembakau), offer help (memberikan pertolongan terhadap mereka yang ingin berhenti merokok), warn (ingatkan tentang bahaya tembakau), dan raise tobacco tax (naikkan cukai tembakau).

Sementara untuk menaikkan cukai tembakau, pemerintah masih setengah hati. Dibandingkan dengan negara sekitar kita, cukai rokok di Indonesia masih terkecil (sekitar 2 persen), sementara di Thailand mencapai 7 persen. Jelas bahwa yang diinginkan Pemerintah RI bukan menaiknya jumlah pendapatan dari perdagangan rokok, melainkan pada semakin besarnya rakyat yang kecanduan.

Mungkin rakyat sendiri yang harus sadar. Namun, mungkinkah orang yang sedang mengisap candu dapat sadar bahwa hal itu berbahaya bagi dirinya?

Rabu, 11 Mei 2011

Kebudayaan

Kebudayaan, kesenian, hukum, adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai tingkah laku rata-rata, tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang – ulang. Kehidupan manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak, tingkah laku rata-rata atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau norma rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku komunikasi manusia.
Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki oleh setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut.
Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan / keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Jadi kepercayaan / keyakinan itu menyangkut gagasan manusa tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi, fisik, sosial, dan dunia supernatural. Unsure penting kebudayaan adalah bahasa, yakni system kodifikasi kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi keperluan komunikasi manusia.
Definisi kebudayaan di atas seolah bergerak dari suatu kontinum nilai kepercayaan kepada perasaan dan perilaku tertentu. Perilaku tertentu. Perilaku tersebut merupakan model perilaku yang diakui dan diterima oleh pendukung kebudayaan sehingga perilaku itu mewakili norma-norma budaya.
Budaya juga bisa diartikan yaitu adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
WUJUD KEBUDAYAAN
-GAGASAN
Gagasan atau ide adalah istilah yang dipakai baik secara populer maupun dalam bidang filsafat dengan pengertian umum "citra mental" atau "pengertian". Terutama Plato adalah eksponen pemikiran seperti ini.Gagasan menyebabkan timbulnya konsep, yang merupakan dasar bagi segala macam pengetahuan, baik sains maupun filsafat.Sekarang banyak orang percaya bahwa gagasan adalah suatu kekayaan intelektual seperti hak cipta atau paten.
- AKTIVITAS
Aktivitas adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh tubuh dimana bisa membuat badan kita kita bekerja dan sehat. Lalu aktivitas pun bisa berupa berpikir dimana membuat otak kita bekerja,dan bisa membuat otak kita sehat.
- ARTEFAK
Artefak atau artifact merupakan benda arkeologi atau peningalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah, mata panah, dll), terracotta dan tanduk binatang.
Karena saya orang Betawi,saya akan menceritakan tentang Adat Betawi.
1. Suku Betawi
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
2. Musik
Alat Musik Betawi diantara nya adalah ada Lenong,Gambang Keromong,Tanjidor DLL.
3. Tari
Seni Tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. contohnya tari japong, Cokek dan lain-lain.Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
4. Cerita Rakyat
Cerita Rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. creita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.
5. Senjata Tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.